Kamis, 15 Oktober 2015

SISTEM SENSORI PERSEPSI "PENYAKIT OTITIS MEDIA"



SISTEM SENSORI PERSEPSI

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP OTITIS MEDIA”










DI SUSUN OLEH :
ALAL FITROH
(1310711087)

SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

VETERAN JAKARTA




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Proses mendengar pada anak atau orang dewasa normal merupakan proses yang alami, timbul tanpa usaha tertentu dari individu dan sepertinya terjadi secara otomatis dan tanpa kita sadari, padahal untuk dapat mendengar bunyi atau suara percakapan harus melalui suatu tahapan atau proses.

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah dengan kasus gangguan persepsi dan sensori pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
2.      Tujuan khusus
1)        Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system persepsi dan sensori pendengaran.
2)        Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada gangguan sistem persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia.
3)        Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia.
4)        Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia
5)        Mahasiswa mampu memahami system pelayanan kesehatan untuk pasien dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran.
6)        Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada masalah system persepsi dan sensori pendengaran

C.     Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana melakukan simulasi asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan, pengelolaan asuhan keperawatan, nursing advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dan mengatasi masalah keperawatan dengan kasus system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia dengan tetap memperhatikan aspek legal dan etis


D.    Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan untuk mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system persepsi sensori.
Sistematika Penulisan digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan jelas, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini,maka penulis menguraikan sebagai berikut :
1.      BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan.
2.      BAB II Tinjauan Teoritis, meliputi Anatomi dan Fisiologi System Pendengaran, Konsep Dasar Penyakit Otitis Media (OM), Asuhan Keperawatan
3.      BAB III Pembahasan Kasus, meliputi Scenario Kasus 1 dan Jawaban Scenario.
4.      BAB IV Penutup.


BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep penyakit otitis media kronik
1.      Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)
Otitis media koronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan serta orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007)
2.      Manifestasi klinis
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
3.      Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain:
a.       Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
1)      Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
2)      Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
3)      Perforasi membran timpani yang menetap.
b.      Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
c.       Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
d.      Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
e.      Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

4.       Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media atelektasis.
5.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
b.      Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
c.       Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
6.      Penatalaksanaan medis
a.       Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty). Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
b.      Perawatan otitis media kronik dengan memberikan obat antibiotik-antibiotik menghilangkan infeksi. Jika perlubangan gendang telinga juga hadir, obat-obat tetes antibiotik topical dapat  digunakan. Jika luka parut gendang telinga atau ossicle telah terjadi ,itu tidak akan dikembalikan dengan antibiotik-antibiotik saja. Tetapi sudah indikasi untuk operasi
7.      Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasiakut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
Komplikasi ditelinga tengah :
a.       Perforasi persisten membrane timpani
b.      Erosi tulang pendengaran
c.       Paralisis nervus fasial






Asuhan keperawatan otitis media kronik
Kasus 1
Seorang klien dirawat diruangan perawatan rumah sakit swasta dengan keluhan kehilangan pendengaran pada telinga sebelah kiri disertai dengan keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: klien mengatakan suka mengorek-ngorek kuping dengan kuttenbad sampai dengan berdarah. Akhir-akhir ini klien sering mengalami batuk pilek, dan demam. Hasil TTV menunjukkan: TD: 110/80 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 20x/menit, Suhu 39º C. hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh membrane timpani tampak merah, sering menggelembung dan mengalami perforasi. Klien diberikan terapi antibiotic spectrum luas, dan obat tetes telinga. Klien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini. Diagnose medis klien otitis media, perawat dan dokter serta paramedis lainnya yang terkait, melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
A. DATA FOKUS
Data Subjektif
Data Objektif
1.      klien mengatakan kehilangan pendengaran pada telinga sebelah kiri
2.      klien mengatakan keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu
3.      klien mengatakan suka mengorek-ngorek kuping dengan kuttenbad sampai dengan berdarah.
4.      Klien mengatakan akhir-akhir ini sering mengalami batuk pilek, dan demam.
5.      Klien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini

Data Tambahan:
1.      Klien mengatakan badannya meriang
2.      Klien mengatakan suka minder
1.      TTV :
·         TD: 110/80 mmHg
·         HR: 100 x/menit
·         RR: 20x/menit
·         Suhu 39º C.
2.      Hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh:
·         membrane timpani tampak merah
·         sering menggelembung
·         mengalami perforasi
3.      Klien diberikan terapi antibiotic spectrum luas, dan   obat tetes telinga.
4.      Klien diagnose medis otitis media

Data Tambahan:
1.      Klien tampak mengalami penurunan fungsi pendengaran
2.      Klien tampak tidak paham tentang penyakitnya
3.      klien terlihat bingung saat diberikan pertanyaan oleh perawat
4.      klien terlihat mengalami perubahan respon terhadap rangsangan
5.      klien terlihat kurang percaya diri
6.      klien terlihat malu ketika di dekati oleh perawat
7.      Kulit klien teraba hangat
8.      Kulit klien tampak kemerahan
9.      Hasil pemeriksaan fisik:
-          Tes Rinne: negative
Ket: Telinga sebelah kiri klien sudah tidak terdengar ketika diuji tes rinne
-          Tes webber: tidak ada lateralisasi
Ket: klien mengatakan tidak dapat membedakan kearah mana yang lebih keras.
-          Tes schawabach:

B. ANALISA DATA
NO
Data
Masalah
Etiologi
1
Ds:
1.      klien mengatakan kehilangan pendengaran pada telinga sebelah kiri
2.      klien mengatakan keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu

DO:
1.      Hasil pemeriksaan otoskopis     diperoleh:
·         membrane timpani tampak merah
·         sering menggelembung
·         mengalami perforasi
2.      Klien terlihat mengalami perubahan respon terhadap rangsangan
3.      Hasil pemeriksaan fisik:
-          Tes Rinne: negative
Ket: Telinga sebelah kiri klien sudah tidak terdengar ketika diuji tes rinne
-          Tes webber: tidak ada lateralisasi
Ket: klien mengatakan tidak dapat membedakan kearah mana yang lebih keras.
-          Tes schawabach:
Gangguan  persepsi sensori : Pendengaran
Infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
2
DS:
1.      Klien mengatakan demam.
2.      Klien mengatakan badannya meriang
DO:
1.      TTV :
·         Suhu 39º C.
2.      Kulit klien teraba hangat
3.      Kulit klien tampak kemerahan
Hipertermi
Proses infeksi
3.
DS:
1.      klien mengatakan keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu
2.      Klien mengatakan suka minder dan malu
DO:
1.      klien terlihat kurang percaya diri
2.      klien terlihat malu ketika di dekati oleh perawat
Gangguan citra tubuh
Proses penyakit (Otitis Media)
4.
DS:
1.      klien mengatakan suka mengorek-ngorek kuping dengan kuttenbad sampai dengan berdarah.
2.      Klien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini


DO:
1.      Klien tampak tidak paham tentang penyakitnya
2.      klien terlihat bingung saat diberikan pertanyaan oleh perawat
Kurang Pengetahuan
Kurangnya Informasi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Paraf
1.
Gangguan persepsi sensori b.d Infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran

2.
Hipertermi b.d Proses infeksi

3.
Gangguan citra tubuh b.d Proses penyakit (Otitis Media)

4.
Kurang Pengetahuan b.d kurangnya informasi

D. INTERVENSI
No
No.DX
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1.
1.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan masalah gangguan Persepsi / sensoris pendengaran dapat teratasi dengan KH:
·         klien akan mengalami peningkatan persepsi sensori pendengaran sampai pada tingkat fungsional
Mandiri:
1.      Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud  secara hati-hati, sementara waktu hindariberenang) sehingga dapat mencegahterjadinya ketulian lebih lanjut.
2.      Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
3.      Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan oleh dokter

Kolaborasi:
1.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik

Mandiri:
1.      Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
2.      Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
3.      Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akan berlanjut.

Kolaborasi:
1.      Untuk mengurangi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri
2.
2.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien kembali normal dengan KH:
·         Suhu: 36,5 -37,5 ºC
Mandiri:
1.      Monitor suhu minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan
2.      Anjurkan klien mengenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat
3.      Anjurkan klien minum sesuai kebutuhan tubuh
Kolaborasi:
1.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik
Mandiri:
1.      Mengevaluasi efektivitas intervensi dan menjamin keakuratan data
2.      dapat mengurangi demam dan memberikan rasa nyaman
3.      Membantu menurunkan suhu tubuh. Mencegah dehidrasi
Kolaborasi:
1.      Untuk mengurangi demam.
3.
3.
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan gangguan komunikasi berkurang / hilang dengan KH:
      Mandiri:
1.      Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
2.      Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
3.      Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan
Mandiri:
1.      Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
2.      Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
3.      Bantu pasien/ orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
4.
5
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis, dengan KH: klien mulai melakukan gaya hidup yang diperlukan.
Mandiri:
1.      Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
2.      Berikan informasi mengenai terapi obat-obat, interaksi, efek samping dan pentingnya ketaatan pada program.
3.      Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan

Mandiri:
1.      Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat embuat pilihan
2.      Meningkatkan pemahaman  dan meningkatkan kerja sama dalam proses penyembuhan dan mengurangi resiko kambuhnya komplikasi
3.      Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah bakteri pathogen yang ada.
E. IMPLEMENTASI
Hari/tgl
Jam
No DX
Implementasi
Paraf

1.
Mandiri:
1.      Menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud  secara hati-hati, sementara waktu hindariberenang) sehingga dapat mencegahterjadinya ketulian lebih lanjut.
2.      Mengajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
3.      Menginstruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan oleh dokter

Kolaborasi:
1.      Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik


2.
Mandiri:
1.      Memonitor suhu minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan
2.      Menganjurkan klien mengenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat
3.      Menganjurkan klien minum sesuai kebutuhan tubuh
Kolaborasi:
1.      Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antipiretik


3.
Mandiri:
1.         Memotivasi pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
2.         Mencatat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
3.         Mempertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan


4.
Mandiri:
1.      Meninjau proses penyakit dan harapan masa depan
2.      Memberikan informasi mengenai terapi obat-obat, interaksi, efek samping dan pentingnya ketaatan pada program.
3.      Meninjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan


F. EVALUASI
Hari/tgl
Jam
No DX
Implementasi
Paraf

    1.
S:
-          Klien mengatakan pendengaran pada telinga sebelah kiri sudah mulai terdengar jelas
-          klien mengatakan sudah tidak keluar serumen yang berbau.
O:
-          Klien terlihat dapat berespon terhadap rangsangan
A: Masalah keperawatan teratasi (jika semua masalah di analisa data sudah tercapai)
A:
- Tujuan tercapai/tidak/sebagian
- Masalah gangguan persepsi sensori pendengaran teratasi/tidak
P: Tindakan keperawatan dihentikan
-          Tindakan keperawatan dilanjutkan:
-          Yang mana ????
-          Yang mana yang dilanjutkan
-          Yang mana yang dihentikan


2.
S:
-          Klien mengatakan sudah tidak mengalami batuk pilek, dan demam.
-          Klien mengatakan badannya sudah tidak meriang

O:
-          TTV :
·         TD: 110/80 mmHg
·         HR: 85 x/menit
·         RR: 20x/menit
·         Suhu 37º C.
-          Kulit klien sudah tidak teraba hangat
-          Kulit klien sudah tidak tampak kemerahan
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan


3.
S:
-          klien mengatakan sudah tidak keluar serumen yang berbau
-          Klien mengatakan sudah tidak minder dan malu
O:
-          klien terlihat mulai percaya diri
-          klien terlihat sudah tidak malu ketika di dekati oleh perawat
A: Masalah Keperawatan teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan


4.
S:
-          Klien mengatakan sudah faham tentang penyakit ini
O:
-          Klien tampak sudah paham tentang penyakitnya
-          klien sudah tidak terlihat bingung saat diberikan pertanyaan oleh perawat
A: Masalah Keperawatan teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan






BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran. Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis media yang tekait dengan kasus ini.

B.     Saran
Sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga di rumah dengan cotton bud, jepit rambut, pensil, atau peralatan lain apa pun. Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan lilin lebih banyak dan bisa merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami penyumbatan pada bagian telinga dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap menyediakan higienis telinga eksternal yang memadai.







DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar