SISTEM SENSORI PERSEPSI
“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP OTITIS MEDIA”
DI
SUSUN OLEH :
ALAL
FITROH
(1310711087)
SI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Telinga adalah organ
penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga
Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Pendengaran
adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan
daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood,
2001).
Sewaktu
suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan
di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang
pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana
tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial
aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang
bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi
dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Proses mendengar pada anak
atau orang dewasa normal merupakan proses yang alami, timbul tanpa usaha
tertentu dari individu dan sepertinya terjadi secara otomatis dan tanpa kita
sadari, padahal untuk dapat mendengar bunyi atau suara percakapan harus melalui
suatu tahapan atau proses.
B.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah dengan
kasus gangguan persepsi dan sensori pada berbagai tingkat usia dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
2.
Tujuan khusus
1)
Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system persepsi dan sensori
pendengaran.
2)
Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada gangguan sistem persepsi dan
sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia.
3)
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan gangguan system persepsi dan
sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia.
4)
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan system persepsi dan
sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia
5)
Mahasiswa mampu memahami system pelayanan kesehatan untuk pasien dengan
gangguan system persepsi dan sensori pendengaran.
6)
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pencegahan primer, sekunder, dan
tersier pada masalah system persepsi dan sensori pendengaran
C.
Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana melakukan simulasi asuhan
keperawatan, pendidikan kesehatan, pengelolaan asuhan keperawatan, nursing
advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dan mengatasi masalah keperawatan
dengan kasus system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia
dengan tetap memperhatikan aspek legal dan etis
D. Metode
penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan untuk
mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan dengan kasus gangguan system persepsi sensori.
Sistematika Penulisan
digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan jelas, untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini,maka penulis
menguraikan sebagai berikut :
1.
BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah,
Metode Penulisan.
2.
BAB II Tinjauan Teoritis, meliputi Anatomi dan Fisiologi System
Pendengaran, Konsep Dasar Penyakit Otitis Media (OM), Asuhan Keperawatan
3.
BAB III Pembahasan Kasus, meliputi Scenario Kasus 1 dan Jawaban
Scenario.
4.
BAB IV Penutup.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep penyakit otitis media kronik
1. Definisi
Otitis media adalah
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi
eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa
(Soepardi, 1998).
Otitis media perforata (OMP)
atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental,
bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)
Otitis media koronik adalah
perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah
peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan
serta orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007)
2. Manifestasi klinis
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan
terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak
ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler
menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya
tidak menyebabkan nyeri.
Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani
atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat
juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada
kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
3. Etiologi
Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara
lain:
a.
Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
1) Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis
dan berulang
2) Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial
atau total
3) Perforasi membran timpani yang menetap.
b.
Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada
telinga tengah.
c.
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini
dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulai atau timpano-sklerosis.
d.
Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
e.
Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
4. Patofisiologi
Otitis
media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap.
Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman
gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan
yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan,
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
OMP
terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat
menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut
berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi
kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media
atelektasis.
5. Pemeriksaan
diagnostic
a.
Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
b.
Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
c.
Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
6. Penatalaksanaan medis
a.
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty).
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding
posterior liang telinga).
b.
Perawatan otitis media kronik dengan memberikan obat antibiotik-antibiotik
menghilangkan infeksi. Jika perlubangan gendang telinga juga hadir, obat-obat
tetes antibiotik topical dapat digunakan. Jika luka parut gendang telinga
atau ossicle telah terjadi ,itu tidak akan dikembalikan dengan antibiotik-antibiotik
saja. Tetapi sudah indikasi untuk operasi
7. Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung
pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme
yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi.
biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu
otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK
tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering
terlihat pada eksaserbasiakut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
Komplikasi ditelinga tengah :
a.
Perforasi persisten membrane timpani
b.
Erosi tulang pendengaran
c.
Paralisis nervus fasial
Asuhan
keperawatan otitis media kronik
Kasus 1
Seorang
klien dirawat diruangan perawatan rumah sakit swasta dengan keluhan kehilangan
pendengaran pada telinga sebelah kiri disertai dengan keluarnya serumen yang
berbau sejak 1 minggu yang lalu. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan
hasil sebagai berikut: klien mengatakan suka mengorek-ngorek kuping dengan
kuttenbad sampai dengan berdarah. Akhir-akhir ini klien sering mengalami batuk
pilek, dan demam. Hasil TTV menunjukkan: TD: 110/80 mmHg, HR: 100 x/menit, RR:
20x/menit, Suhu 39º C. hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh membrane timpani
tampak merah, sering menggelembung dan mengalami perforasi. Klien diberikan
terapi antibiotic spectrum luas, dan obat tetes telinga. Klien bertanya
bagaimana bisa terkena penyakit ini. Diagnose medis klien otitis media, perawat
dan dokter serta paramedis lainnya yang terkait, melakukan perawatan secara
integrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
A.
DATA FOKUS
Data
Subjektif
|
Data
Objektif
|
1. klien mengatakan
kehilangan pendengaran pada telinga sebelah kiri
2. klien mengatakan
keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu
3. klien mengatakan
suka mengorek-ngorek kuping dengan kuttenbad sampai dengan berdarah.
4. Klien mengatakan
akhir-akhir ini sering mengalami batuk pilek, dan demam.
5. Klien bertanya
bagaimana bisa terkena penyakit ini
Data
Tambahan:
1. Klien mengatakan badannya meriang
2. Klien mengatakan suka minder
|
1. TTV :
·
TD:
110/80 mmHg
·
HR:
100 x/menit
·
RR:
20x/menit
·
Suhu
39º C.
2. Hasil pemeriksaan
otoskopis diperoleh:
·
membrane
timpani tampak merah
·
sering
menggelembung
·
mengalami
perforasi
3. Klien diberikan
terapi antibiotic spectrum luas, dan
obat tetes telinga.
4. Klien diagnose
medis otitis media
Data
Tambahan:
1. Klien tampak
mengalami penurunan fungsi pendengaran
2. Klien tampak
tidak paham tentang penyakitnya
3. klien terlihat bingung
saat diberikan pertanyaan oleh perawat
4. klien terlihat
mengalami perubahan respon terhadap rangsangan
5. klien terlihat
kurang percaya diri
6. klien terlihat
malu ketika di dekati oleh perawat
7. Kulit klien
teraba hangat
8. Kulit klien
tampak kemerahan
9. Hasil pemeriksaan
fisik:
-
Tes Rinne: negative
Ket:
Telinga sebelah kiri klien sudah tidak terdengar ketika diuji tes rinne
-
Tes webber: tidak ada lateralisasi
Ket:
klien mengatakan tidak dapat membedakan kearah mana yang lebih keras.
-
Tes schawabach:
|
B.
ANALISA DATA
NO
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
Ds:
1. klien mengatakan
kehilangan pendengaran pada telinga sebelah kiri
2. klien mengatakan
keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu
DO:
1. Hasil pemeriksaan
otoskopis diperoleh:
·
membrane
timpani tampak merah
·
sering
menggelembung
·
mengalami
perforasi
2. Klien terlihat
mengalami perubahan respon terhadap rangsangan
3. Hasil pemeriksaan
fisik:
-
Tes Rinne: negative
Ket:
Telinga sebelah kiri klien sudah tidak terdengar ketika diuji tes rinne
-
Tes webber: tidak ada lateralisasi
Ket:
klien mengatakan tidak dapat membedakan kearah mana yang lebih keras.
-
Tes schawabach:
|
Gangguan persepsi sensori : Pendengaran
|
Infeksi
di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
|
2
|
DS:
1. Klien mengatakan
demam.
2. Klien mengatakan badannya meriang
DO:
1. TTV :
·
Suhu
39º C.
2. Kulit klien
teraba hangat
3. Kulit klien
tampak kemerahan
|
Hipertermi
|
Proses
infeksi
|
3.
|
DS:
1. klien mengatakan
keluarnya serumen yang berbau sejak 1 minggu yang lalu
2. Klien mengatakan suka minder dan malu
DO:
1. klien terlihat
kurang percaya diri
2. klien terlihat
malu ketika di dekati oleh perawat
|
Gangguan
citra tubuh
|
Proses
penyakit (Otitis Media)
|
4.
|
DS:
1. klien mengatakan
suka mengorek-ngorek kuping dengan kuttenbad sampai dengan berdarah.
2. Klien bertanya
bagaimana bisa terkena penyakit ini
DO:
1. Klien tampak
tidak paham tentang penyakitnya
2. klien terlihat
bingung saat diberikan pertanyaan oleh perawat
|
Kurang
Pengetahuan
|
Kurangnya
Informasi
|
C.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
|
Paraf
|
1.
|
Gangguan
persepsi sensori b.d Infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf
pendengaran
|
|
2.
|
Hipertermi
b.d Proses infeksi
|
|
3.
|
Gangguan
citra tubuh b.d Proses penyakit (Otitis Media)
|
|
4.
|
Kurang
Pengetahuan b.d kurangnya informasi
|
D.
INTERVENSI
No
|
No.DX
|
Tujuan
dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
1.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan masalah gangguan
Persepsi / sensoris pendengaran dapat teratasi dengan KH:
·
klien akan mengalami peningkatan persepsi sensori
pendengaran sampai pada tingkat fungsional
|
Mandiri:
1. Instruksikan
klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga
(seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud secara
hati-hati, sementara waktu hindariberenang) sehingga dapat mencegahterjadinya
ketulian lebih lanjut.
2. Ajarkan klien
untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
3. Instruksikan
klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan oleh
dokter
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian antibiotik
|
Mandiri:
1. Apabila penyebab
pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
2. Keefektifan alat
pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
3. Penghentian
terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten
sehingga infeksi akan berlanjut.
Kolaborasi:
1. Untuk mengurangi
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri
|
2.
|
2.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien kembali normal
dengan KH:
·
Suhu:
36,5 -37,5 ºC
|
Mandiri:
1. Monitor suhu
minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan
2. Anjurkan klien
mengenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat
3. Anjurkan klien
minum sesuai kebutuhan tubuh
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat antipiretik
|
Mandiri:
1. Mengevaluasi
efektivitas intervensi dan menjamin keakuratan data
2. dapat mengurangi
demam dan memberikan rasa nyaman
3. Membantu
menurunkan suhu tubuh. Mencegah dehidrasi
Kolaborasi:
1. Untuk mengurangi
demam.
|
3.
|
3.
|
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan gangguan
komunikasi berkurang / hilang dengan KH:
|
Mandiri:
1. Dorong pasien
untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan,
pandangan dirinya.
2. Catat prilaku
menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada
perawatan
3. Pertahankan
pendekatan positif selama aktivitas perawatan
|
Mandiri:
1. Membantu pasien untuk menyadari
perasaannya yang tidak biasa
2. Dugaan masalah pada penilaian yang dapat
memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
3. Bantu pasien/ orang terdekat untuk
menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
|
4.
|
5
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien menunjukkan pemahaman akan
proses penyakit dan prognosis, dengan KH: klien mulai melakukan gaya hidup
yang diperlukan.
|
Mandiri:
1.
Tinjau
proses penyakit dan harapan masa depan
2.
Berikan
informasi mengenai terapi obat-obat, interaksi, efek samping dan pentingnya
ketaatan pada program.
3.
Tinjau
perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
|
Mandiri:
1. Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat embuat pilihan
2. Meningkatkan
pemahaman dan meningkatkan kerja sama
dalam proses penyembuhan dan mengurangi resiko kambuhnya komplikasi
3. Membantu
mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah bakteri pathogen
yang ada.
|
E.
IMPLEMENTASI
Hari/tgl
Jam
|
No
DX
|
Implementasi
|
Paraf
|
1.
|
Mandiri:
1.
Menginstruksikan
klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga
(seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud secara
hati-hati, sementara waktu hindariberenang) sehingga dapat mencegahterjadinya
ketulian lebih lanjut.
2.
Mengajarkan
klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
3.
Menginstruksikan
klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan oleh
dokter
Kolaborasi:
1.
Kolaborasi
dengan dokter untuk memberikan antibiotik
|
||
2.
|
Mandiri:
1. Memonitor suhu
minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan
2. Menganjurkan
klien mengenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat
3. Menganjurkan
klien minum sesuai kebutuhan tubuh
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
dokter untuk memberikan obat antipiretik
|
||
3.
|
Mandiri:
1.
Memotivasi pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran,
perasaan, pandangan dirinya.
2.
Mencatat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau
tidak terlibat pada perawatan
3.
Mempertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan
|
||
4.
|
Mandiri:
1.
Meninjau
proses penyakit dan harapan masa depan
2.
Memberikan
informasi mengenai terapi obat-obat, interaksi, efek samping dan pentingnya
ketaatan pada program.
3.
Meninjau
perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
|
F.
EVALUASI
Hari/tgl
Jam
|
No
DX
|
Implementasi
|
Paraf
|
1.
|
S:
-
Klien mengatakan pendengaran pada telinga sebelah kiri sudah mulai terdengar
jelas
-
klien
mengatakan sudah tidak keluar serumen yang berbau.
O:
-
Klien terlihat dapat berespon terhadap rangsangan
A:
Masalah keperawatan teratasi (jika
semua masalah di analisa data sudah tercapai)
A:
- Tujuan tercapai/tidak/sebagian
- Masalah gangguan persepsi
sensori pendengaran teratasi/tidak
P:
Tindakan keperawatan dihentikan
-
Tindakan keperawatan dilanjutkan:
-
Yang mana ????
-
Yang mana yang dilanjutkan
-
Yang mana yang dihentikan
|
||
2.
|
S:
-
Klien mengatakan sudah tidak mengalami batuk pilek, dan demam.
-
Klien mengatakan badannya sudah
tidak meriang
O:
-
TTV :
·
TD:
110/80 mmHg
·
HR:
85 x/menit
·
RR:
20x/menit
·
Suhu
37º C.
-
Kulit klien sudah tidak teraba hangat
-
Kulit
klien sudah tidak tampak kemerahan
A:
Masalah keperawatan teratasi
P:
Tindakan keperawatan dihentikan
|
||
3.
|
S:
-
klien mengatakan sudah tidak keluar serumen yang berbau
-
Klien mengatakan sudah
tidak minder dan malu
O:
-
klien terlihat mulai percaya diri
-
klien terlihat sudah tidak malu ketika di dekati oleh perawat
A:
Masalah Keperawatan teratasi
P:
Tindakan keperawatan dihentikan
|
||
4.
|
S:
-
Klien mengatakan sudah faham tentang penyakit ini
O:
-
Klien tampak sudah paham tentang penyakitnya
-
klien sudah tidak terlihat bingung saat diberikan pertanyaan oleh perawat
A:
Masalah Keperawatan teratasi
P:
Tindakan keperawatan dihentikan
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah
satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara
sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi
pendengaran. Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis
media yang tekait dengan kasus ini.
B. Saran
Sebaiknya tidak mencoba
pemindahan serumen telinga di rumah dengan cotton bud, jepit rambut, pensil,
atau peralatan lain apa pun. Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan
lilin lebih banyak dan bisa merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami
penyumbatan pada bagian telinga dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap
menyediakan higienis telinga eksternal yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan
THT. EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar